LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia perunggasan di negara
kita, memang sudah banyak menciptakan peluang bisnis. Hal ini disebabkan
karena bisnis perunggasan bisa dijangkau masyarakat kalangan bawah,
dapat dipelihara oleh masyarakat atau peternak dengan lahan yang cukup
kecil, kapital “demand power” yang cukup kuat, menyebabkan ternak ini
lebih cepat perkembangannya dibandingkan dengan perkembangan ternak
lain. Demikian Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia menyatakan,.
Namun, menurut mereka, para peternak tidak sedikit mengalami hambatan
dan rintangan selain harga pakan yang terus naik, obat-obatan yang cukup
mahal juga adanya berbagai macam penyakit yang sering menyerang ternak.
Salah satu penyakit pada ayam yang sering ditemui adalah askaridiasis.
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang
menyerang usus halus bagian tengah. Cacing ini menyebabkan keradangan
dibagian usus yang disebut hemorrhagic. Larva cacing ini berukuran
sekitar 7 mm dan dapat ditemukan diselaput lendir usus. Parasit ini juga
dapat ditemukan dibagian albumen dari telur ayam yang terinfeksi.
Menurut Situs Komunitas Dokter Hewan
Indonesia itu, infeksi Ascaridia dapat disebabkan oleh Ascaridia galli,
Ascaridia dissmilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia
compar, dan Ascaridia bonase. Ascaris lumbricoides selain berparasit pada ayam, Ascaris lumbricoides
juga ditemukan pada itik, kalkun, burung dara, dan angsa. Cacing ini
tinggal didalam usus halus, berwarna putih, bulat, tidak bersegmen dan
panjangnya sekitar6-13cm. merupakan suatu parasit cacing yang paling
sering ditemukan pada unggas peliharaan dan menimbulkan kerugian
ekonomik yang cukup tinggi. Cacing tersebut biasanya menimbulkan
kerusakan yang parah selam bermigrasi pada fase jaringan dari stadium
perkembangan larva.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
1. Bagaimanakah potensi ayam untuk terkena parasit ?
2.Apa sajakah parasit yang dapat menyerang ayam dan bagaimana penanggulanganya?
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan
ini adalah untuk menunjukan potensi ayam untuk terkena parasit dan
parasit apa saja yang dapat menyerang ayam dan bagaimana cara
penanggulanganya.
TINJAUAN PUSTAKA
Nemathelminthes umumnya cacing yg hidupnya parasit dan merugikan manusia,
Pada umumnya merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Nemathelminthes ( cacing gilig), contohnya Ascaris lumbricoides. Sering disebut cacing perut atau cacing usus atau cacing gelang. Parasit pada usus halus manusia, hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak ada sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang, cacing filaria. Nemathelminthes hampir seluruhnya mempunyai akibat yg buruk jika memasuki tubuh mahluk hidup lainnya. Contoh cacing Ascaris lumbricoides merupakan cacing perut yg menghisap sari makanan dari manusia. Jadi selain pengurai annelida seringkali malah menjadi parasit pada tubuh manusia atau hewan
Pada umumnya merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Nemathelminthes ( cacing gilig), contohnya Ascaris lumbricoides. Sering disebut cacing perut atau cacing usus atau cacing gelang. Parasit pada usus halus manusia, hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak ada sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang, cacing filaria. Nemathelminthes hampir seluruhnya mempunyai akibat yg buruk jika memasuki tubuh mahluk hidup lainnya. Contoh cacing Ascaris lumbricoides merupakan cacing perut yg menghisap sari makanan dari manusia. Jadi selain pengurai annelida seringkali malah menjadi parasit pada tubuh manusia atau hewan
CIRI-CIRI
Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos = benang; Helminthes = cacing. Jadi pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig
Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos = benang; Helminthes = cacing. Jadi pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig
- Tubuh berbentuk gilig atau seperti batang dan tidak bersegmen, mempunyai selom semu (pseudoselomata), tripoblastik. Permukaan tubuh dilapisi kutikula sehingga tampak mengkilat.
- Saluran pencernaan sempurna mulai dari mulut sampai anus. Beberapa jenis diantaranya memiliki kait.
- Sistem respirasi melalui permukaan tubuh secara difusi.
- Saluran peredaran darah tidak ada, tetapi cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya menyerupai darah.
- Sistem reproduksi :Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan yang jantan mempunyai ujung berkait (gambar 1). Gonad berhubungan dengan saluran alat kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak berkembangbiak secara aseksual
Gambar 1. Ascaris lumbricoides: A. Betina; B; Jantan
6.Habitat: Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga
sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman atau dalam saluran
pencernaan
sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman atau dalam saluran
pencernaan
STRUKTUR TUBUH
.Tubuhsimetribilateral,bulatpanjang (gilig) disebut cacing gilig
• Memilikisaluranpencernaan
• Memilikisaluranpencernaan
.Dioceous( berumah dua) reproduksi seksual (jantan dan betina)
Mempunyai saluran pencernaan
Memiliki rongga badan palsu
Triploblastik Pseudoselomata
Kosmopolitan,ada yang parasit dan ada pula yang hidup bebas
.
Gbr. Irisan melintang tubuh Nemathelminthes |
Beberapa Cacing yang menyerang ayam
Ascaris lumbricoides
Infeksi cacing ini terutama menyerang
ayam usia 3-4 bulan. Spesimen dari parasit ini kadang-kadang ditemukan
dalam telur. Cacing ini berpindah tempat dari usus ke oviduct dan dapat
masuk ke dalam telur pada saat pembentukan telur tersebut. Cacing dewasa
mudah dilihat dengan mata telanjang karena panjang cacing dewasa
mencapai ½ hingga 3 inchi.
Riwayat hidup cacing ini sangat simple.
Cacing betina akan meletakan telurnya di usus unggas yang terinfeksi dan
akan ikut dikeluarkan bersama tinja. Embrio akan terus berkembang dalam
telur tersebut meskipun tidak akan langsung menetas. Larva dalam telur
mencapai stadium infektif dalam 2-3 minggu. Telur yang mengandung embryo
ini sangat tahan banting bahkan dalam kondisi laboratorium dapat
bertahan hingga 2 tahun, sedangkan dalam keadaan biasa akan tetap
bertahan hingga 1 tahun bahkan lebih. Hal yang penting di sini adalah
desinfektan yang digunakan pada peternakan tidak dapat membunuh/ merusak
telur. Unggas akan terinfeksi jika memakan telur cacing ini.
Unggas yang terinfeksi oleh cacing ini
akan terlihat lesu, diare dan kurus. Kerusakan utama yang ditimbulkan
adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya timbul pada
infeksi yang sangat berat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan sanitasi kandang dengan baik dan pemisahan ayam berdasarkan
umur. Bersihkan kandang sebersih mungkin jika kandang akan digunakan
untuk populasi ayam yang baru.Sedangkan obat yang digunakan adalah
preparat piperazine yang hanya dapat memutus rantai penularan dengan
membunuh cacing dewasa. Preparat yang biasa kami gunakan dan kami
berikan tiap 4 minggu adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo.
Pemberian obat ini cukup dicampurkan pada air minum.
- Heterakis gallinae
Parasit ini tidak menimbulkan akibat yang
serius pada kesehatan ayam. Minimal tidak menimbulkan gejala atau
patologi yang signifikan. Cara penularan cacing ini sama dengan Ascaris. Namun
telur yang mengandung larva akan infektif dalam 2 minggu. Dalam cuaca
yang dingin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Parasit ini dapat
dibasmi dengan fenbendazole.
- Capillaria annulata atau Capllaria contorta
Cacing ini sering ditemukan pada
esophagus dan tembolok. Parasit ini menyebabkan penipisan dan inflamasi
pada mukosa. Pada system gastrointestinal bagian bawah, dapat ditemukan
beberapa spesies parasit tetapi biasanya adalah Capillaria obsignata.
Berbeda dengan cacing yang lain,
pembentukan embryo memakan waktu 6-8 hari dan akan sangat infeksius
untuk peternakan. Kerusakan terparah akan terjadi pada 2 minggu setelah
infeksi. Parasit ini akan menimbulkan inflamasi berat dan kadang-kadang
terjadi perdarahan. Erosi pada usus akan menyebabkan kematian. Problem
yang sering ditimbulkan oleh parasit ini adalah penurunan pertumbuhan,
penurunan produksi dan fertilitas.
Sanitasi yang baik merupakan kunci
pencegahan yang utama. Pemberian vitamin A dapat memberikan nilai
tambah. Parasit ini dapat dibasmi dengan menggunakan fenbendazole atau
leviamisole.
Secara umum gejala penyakit cacingan pada ayam adalah sbb:
- tubuh ayam menjadi kurus
- nafsu makan berkurang
- sayap kusam dan terkulai
- kotoran encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang berdarah
- pertumbuhan lamban
Penanggulangan yang dapat dilakukan secara umum adalah:
- sanitasi kandang dengan desinfektan
- pemberian Caricid pada umur 4-6
minggu dengan dosis 30 ml/3 liter air untuk 100 ekor ayam. Umur lebih
dari 6 minggu diberi dosis 6 ml/10 L air untuk 100 ekor ayam
- campurkan premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5 kg/kg pakan diberikan selama 5-6 hari
PENYAKIT AKIBAT CACINGAN
Di negara berkembang seperti Indonesia,
penyakit cacing merupakan penyakit rakyat umum. Infeksinya pun dapat
terjadi secara simultan oleh beberapa cacing sekaligus. Infeksi cacing
umumnya terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka di kulit
(cacing tambang, dan benang) atau lewat telur (kista) atau larva cacing,
yang ada dimana-dimana di atas tanah.
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni cacing pipih dan cacing bundar.
- Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda).
- Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk).
Gambar. Siklus hidup cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Cacing golongan nematoda tersebut
menyebabkan infeksi cacing usus (soil-transmitted helminthasis).
Hidupnya berkaitan dengan perilaku bersih dan kondisi sanitasi
lingkungan. Bila terdapat anemia, penderita harus diobati dengan sediaan
yang mengandung besi. Selain itu, wanita hamil tidak boleh minum obat
cacing karena memiliki sifat teratogen (merusak janin) yang potensial.
Di medicastore anda dapat mencari
informasi obat cacing seperti ; kegunaan atau indikasi obat, generik
atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal apa
yang harus menjadi perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang
anda pilih hingga harga obat dengan berbagai sediaan yang dibuat oleh
pabrik obat. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat cacing sesuai
dengan resep dokter anda
CACINGAN DAN PENGOBATANNYA
Mengurangi cacing dalam lumen usus atau
jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam
kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum
menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing,
telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan
lain penderita. Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu
pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu
diberikan bersama pencahar.
JENIS OBAT
- Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol
- Piperazin, Dietilkarbamazin
- Pirantel, Oksantel
- Levamisol
- Praziquantel
- Niklosamida
- Ivermectin
Banyak obat cacing memiliki khasiat yang
efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat
saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad
spectrum) seperti mebendazol.
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan
menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing
dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan
mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Penyakit cacing atau helminthiasis
terkadang masih kurang diperhatikan karena tidak menimbulkan kematian
yang mendadak dan tinggi sepertinya halnya penyakit viral (misal ND atau
Al). Padahal penyakit ini mampu menimbulkan kerugian cukup besar. Waktu
serangannya sulit diketahui, tiba-tiba saja produktivitas ayam menurun.
Cacing yang sering menyerang ayam secara umum ada dua yaitu cacing
gilik (Ascaridia sp., Heterakis sallinae, Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) dan cacing pita (Raillietinasp., Davainea sp.)
Cacing biasanya menginfestasi ke dalam tubuh ayam melalui beberapa
cara, diantaranya melalui telur cacing atau larva cacing yang termakan
oleh ayam, memakan induk semang antara (siput, kumbang, semut dll.) yang
mengandung telur atau larva cacing, telur atau larva cacing yang
terbawa oleh petugas kandang melalui sepatu, pakaian kandangnya atau
terbawa terbang oleh induk semang antara, selain itu juga bisa karena
ransum atau air minum yang tercemar telur cacing.
Telur cacing yang keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh ayam yang kemudian akan menuju ke tempat yang disukainya (tembolok, usus, sekum atau organ lain) untuk berkembang sampai dewasa.
Telur cacing yang keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh ayam yang kemudian akan menuju ke tempat yang disukainya (tembolok, usus, sekum atau organ lain) untuk berkembang sampai dewasa.
PENGANDALIAN CACINGAN
Pengendalian penyakit cacingan merupakan
salah satu usaha untuk mendapatkan hasil peternakan yang optimal. Cara
yang dilakukan agar peternakan terhindar dari penyakit cacingan adalah
dengan dilakukannya pencegahan yaitu:
- Pemberian obat cacing. Pengobatan akan sia-sia jika penyakit cacingan sudah parah. Sebaiknya dilakukan pengobatan secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing. Seperti cacing nematoda dengan siklus hidup kurang lebih satu setengah bulan, maka diberikan pengobatan dua bulan sekali, begitu juga dengan cestoda. Pemberian obat cacing pada ayam layer sebaiknya diberikan pada umur 8 minggu dan diulang sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan pada ayam broiler jarang diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
- Melakukan sanitasi kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan desinfektan serta memotong rumput disekitar area peternakan.
- Mengurangi kepadatan kandang, karena dapat memberi peluang yang tinggi bagi infestasi cacing.
- Pemberian ransum dengan kandungan mineral dan protein yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh tetap baik.
- Mencegah kandang becek, seperti menjaga litter tetap kering, tidak menggumpal dan tidak lembab.
- Peternakan dikelola dengan baik seperti mengatur jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan dilakukan sistem “all in all out”.
OBAT CACING (Anthelmintik)
Selain pencegahan juga harus dilakukan
pengobatan pada peternakan ayam yang telah terserang cacingan.
Pengobatan sebaiknya dilakukan secara serempak dalam satu kandang atau
flok yang terserang cacingan dengan anthelmintika yang sesuai.
Anthelmintika merupakan obat untuk menghilangkan atau mengeliminasi
parasit cacing dari tubuh ayam. Obat cacing (anthelmintika) merupakan
senyawa yang berfungsi membasmi cacing sehingga dikeluarkan dari saluran
pencernaan, jaringan atau organ tempat cacing berada dalam tubuh hewan.
Secara garis besar, cara kerja obat cacing ada 2 yaitu mempengaruhi
syaraf otot cacing dan mengganggu proses pembentukan energi. Cara kerja
yang pertama akan mengakibatkan cacing lumpuh sehingga dengan mudah
dikeluarkan dari tubuh ternak bersama dengan feses. Sedangkan cara kerja
kedua menyebabkan cacing kehilangan energi dan akhirnya mati.
JENIS OBAT CACING
Berdasarkan cara kerjanya, obat cacing
dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu 1) Benzimidazol (albendazol,
fenbendazol, flubendazol, thiabendazol); 2) Imidathiazol (levamisol) dan
tetrahydropyrimidine (pyrantel); 3) Avermectin (ivermectin) dan
milbemycin (moxidectin); 4) Salicylanilide (niclosamid) dan nitrophenol;
5) Diclorvos dan trichlorphon. Piperazin dikelompokkan tersendiri
karena cara kerjanya berbeda. Kriteria obat cacing ideal antara lain :
1) Efektif, yaitu berspektrum luas dan aktif untuk semua fase hidup
cacing, termasuk cacing dalam jaringan maupun saluran cerna; 2) Aman,
yaitu mempunyai indeks terapi yang lebar. Tidak menimbulkan residu di
jaringan dan atau withdrawal time (waktu henti obat agar unggas/ternak
aman untuk dikonsumsi) yang pendek. Tidak berinteraksi dengan obat atau
racun lain di lingkungan. Tidak toksik terhadap ternak yang masih muda;
3) Efisien, yaitu cukup satu kali pemberian untuk meminimalkan biaya dan
stres penanganan ternak; 4) Murah. Obat cacing yang benar-benar ideal
mungkin sulit ditemukan. Keunggulan dan keterbatasan obat cacing yang
banyak beredar di lapangan antara lain:
- Piperazin
Piperazin merupakan obat cacing yang paling sering digunakan oleh peternak. Piperazin sangat efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik yang ada di saluran cerna seperti Ascaridia pada ayam, ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing), babi maupun kuda. Piperazin biasanya dikombinasikan dengan phenotiazine agar efektifitas-nya terhadap cacing sekum meningkat.
Kelarutan piperazin sangat baik dalam air sehingga dapat diberikan melalui air minum maupun dicampur dengan ransum. Keunggulan piperazin yaitu memiliki rentang keamanan yang luas. Namun, piperazin kurang efektif untuk membasmi Heterakis gallinae (cacing sekum), cacing cambuk dan cacing pita. - Phenotiazin
Phenotiazin sangat efektif mengatasi cacing sekum (Heterakis gallinae) dan Ascaridia sp. pada unggas, tetapi phenotiazin tidak efektif untuk membasmi cacing pita. Walaupun mekanisme kerja obat ini belum diketahui dengan pasti tetapi dari segi keamanan phenotiazin praktis tidak toksik untuk unggas. - Levamisol
Levamisol termasuk golongan imidathiazole yang efektif membasmi cacing gilik dewasa hingga bentuk larvanya. Levamisol juga sangat efektif membasmi cacing gilik yang ada di jaringan dan organ tubuh (Syngamus trachea pada trakea, Oxyspirura mansonii pada mata) karena levamisol dengan cepat diserap dan didistribusikan ke jaringan atau organ. Saat kondisi sistem imun rendah, levamisol dapat membantu meningkatkan sistem imun tubuh host (inang)-nya dengan cara meningkatkan aktifitas makrofag. Dibandingkan dengan benzimida-zol, levamisol mempunyai rentang keamanan yang lebih sempit. Walaupun demikian pada dosis terapi terbukti tidak menimbulkan efek samping terhadap produksi telur, fertilitas mau-pun daya tetas. - Ivermectin
Ivermectin lebih banyak digunakan pada hewan besar atau hewan kesayangan karena obat ini termasuk obat yang mahal. Keunggulan ivermectin adalah selain efektif mengatasi infeksi cacing gilik juga efektif mengatasi ektoparasit (kutu, tungau, caplak, larva serangga). Selain itu, ivermectin mampu membasmi bentuk cacing yang belum dewasa.. - Niclosamid
Niclosamid termasuk golongan salicylanilida yang secara spesifik efektif untuk mengatasi infeksi cacing pita. Niclosamid diaplikasikan melalui ransum karena tidak larut air. Niclosamid tidak diserap dalam usus sehingga mempunyai batas keamanan yang luas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian niclosamid 40 kali dosis terapi pada sapi dan domba tidak bersifat toksik. - Albendazol
Albendazol termasuk golongan benzimidazol yang mempunyai kela-rutan terbatas dalam air. Umumnya digunakan pada hewan besar dalam bentuk kaplet atau suspensi dengan cara dicekok. Albendazol efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik pada saluran pencernaan, cacing pita, cacing paru dewasa dan larvanya (Dictyocaulus) dan cacing dewasa Fascioia gigantica.
Mekanisme kerjanya adalah meng-ganggu metabolisme energi dengan menjadi inhibitor fumarat reduktase. Ketidaktersediaan energi menyebabkan cacing mati. Golongan benzimidazol sebaiknya tidak digunakan saat masa kebuntingan awal.TEKNIK PENGOBATAN
Teknik pengobatan harus dilakukan dengan tepat sehingga efektivitas pengobatan optimal.
- Pemilihan obat yang tepat Obat cacing dikatakan efektif jika mempunyai spektrum kerja terhadap cacing tersebut. Pemilihan obat cacing didasarkan pada hasil diagnosa jenis cacing yang menginfeksi. Spektrum kerja obat cacing dapat dilihat pada tabel. Obat yang cocok untuk mengatasi cacing gilik di saluran cerna (Ascaridia galli, Heterakis gallinae, Capillaria sp.,) antara lain piperazin, levamisol, dan phenotiazin, ivermectin atau benzimidazol/albendazole. Guna mengatasi cacing gilik yang ada di jaringan atau organ lain (Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) berikan levamisol. Sedangkan infeksi cacing pita (Raillietina sp., Davainea sp.) gunakan niclosamid atau albendazol.
- Obat cacing dikatakan efektif jika mempunyai spektrum kerja terhadap
cacing tersebut. Pemilihan obat cacing didasarkan pada hasil diagnosa
jenis cacing yang menginfeksi. Spektrum kerja obat cacing dapat dilihat
pada tabel.
Obat yang cocok untuk mengatasi cacing gilik di saluran cerna (Ascaridia galli, Heterakis gallinae, Capillaria sp.,) antara lain piperazin, levamisol, dan phenotiazin, ivermectin atau benzimidazol/albendazole. Guna mengatasi cacing gilik yang ada di jaringan atau organ lain (Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) berikan levamisol. Sedangkan infeksi cacing pita (Raillietina sp., Davainea sp.) gunakan niclosamid atau albendazol. - Dosis tepat tidak seperti antibiotik, umumnya anthelmintik diberikan dengan dosis tunggal (satu kali pemberian) dan bukan dengan dosis terbagi. Jika obat yang seharusnya diberikan sebagai dosis tunggal, tetapi diberikan dalam dosis terbagi misalkan terbagi dalam waktu satu hari, maka dapat menyebabkan jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh ayam menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
- Cara pemberian tepat. Tepat dosis juga berkaitan dengan cara atau
periode pemberian obat. Jika pemberiannya salah maka dosis pun menjadi
tidak tepat. Pemberian obat dengan bentuk kapsul, kaplet atau injeksi
tidak menjadi masalah karena bisa langsung dicekokkan atau disuntikkan
dengan satu kali pemberian. Namun, jika dilakukan melalui air minum atau
ransum dosis obat dan jumlah konsumsinya harus diperhatikan sehingga
dosis yang masuk dalam tubuh ayam tepat. Dosis pemberian obat sebaiknya
sesuai dengan yang tertera dalam etiket atau leaflet. Dosis yang
tertulis pada etiket dan leaflet obat cacing sebelumnya sudah dihitung
berdasarkan berat badan yang kemudian dikonversikan dalam kebutuhan air
minum atau ransum yang dikonsumsi dalam waktu 2 hingga 4 jam. Cara
pencampuran obat ke dalam air minum atau ransum juga perlu diperhatikan.
Obat cacing yang bersifat larut air (piperazin, levamisol) biasanya
lebih direkomendasikan diberikan melalui air minum, walaupun tidak
menutup kemungkinan bisa diberikan melalui ransum. Pastikan obat larut
semua dalam air minum dan tidak ada serbuk obat yang tersisa.
Obat cacing yang tidak larut air, (contohnya niclosamid, albendazol) diberikan melalui ransum. Pencampuran obat dan ransum sebaiknya dilakukan secara bertahap. Campur dahulu obat dengan sebagian kecil ransum, aduk hingga homogen dan kemudian tambahkan sedikit demi sedikit sisa ransum sambil diaduk hingga obat dan ransum tercampur secara homogen.
Beberapa etiket produk biasanya tertulis ayam dipuasakan terlebih dahulu. Hal itu tidak menjadi suatu keharusan. Tujuan dari puasa tersebut adalah agar obat yang diberikan terkonsumsi habis oleh ayam dan waktu kontak antara obat dengan cacing di dalam saluran cerna semakin lama sehingga pengobatan menjadi lebih efektif. - Pengulangan pemberian obat cacing. Pengobatan infeksi cacing memerlukan proses pengulangan. Pengulangan ini bertujuan membasmi cacing secara total karena secara umum obat cacing tidak bisa membasmi semua fase hidup cacing (telur,larva dan cacing dewasa). Pengulangan tersebut disesuaikan dengan siklus hidup cacing dan kondisi kandang. Cacing gilik mempunyai siklus hidup 1-2 bulan sedangkan cacing pita sekitar 1 bulan sehingga pemberian obat cacing pertama kali disarankan saat berumur 1 bulan. Jika ayam dipelihara pada kandang postal, pemberian obat cacing perlu diulang setelah 1-2 bulan sedangkan jika dipelihara di kandang baterai, pengulangan 3 bulan kemudian karena ayam tidak kontak dengan litter. Setelah periode pengulangan tersebut, bukan berarti obat cacing harus terus menerus diberikan pada bulan-bulan berikutnya. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan feses secara rutin sehingga adanya telur cacing dalam feses dapat terdeteksi sejak dini. Hal ini dapat dijadikan dasar perlu atau tidak pemberian obat cacing.
- Kombinasiobat: Pemberian obat cacing kadang-kadang bersamaan dengan
antibiotik jika ada infeksi sekunder oleh bakteri. Hal ini tidak masalah
jika tidak ada interaksi yang merugikan (baik secara fisika-kimia
maupun secara farmakologi) antara kedua bahan yang dikombinasikan. Jika
kombinasi tersebut ternyata menimbulkan interaksi yang merugikan, pilih
antibiotik lain atau antibiotik diberikan 1 hari setelah pemberian obat
cacing.
Dari segi farmakologi, pemberian obat cacing bersamaan dengan vitamin umumnya tidak terjadi interaksi yang merugikan sehingga bisa dilakukan setiap saat. Pemberian obat cacing juga bisa bersamaan dengan vaksinasi. Pada dasarnya obat cacing tidak menimbulkan interaksi dengan vaksin terutama jika pemberian obat cacing diberikan melalui oral (air minum/ransum/cekok) dan vaksinnya diberikan melalui injeksi. Namun yang perlu diperhatikan ialah jika vaksin diberikan melalui air minum, maka jangan mencampurkan obat dan vaksin dalam air minum yang sama. Tujuannya untuk mencegah terganggunya stabilitas vaksin oleh obat yang ada dalam air minum tersebut. - Faktor lain yang perlu diperhatikan: Pengobatan cacing menyebabkan
cacing dan telur cacing dalam jumlah besar akan dikeluarkan bersama
feses. Jika lingkungan sekitar mendukung, maka telur tersebut akan
berubah menjadi bentuk infektif sehingga dapat kembali menginfeksi ayam.
Untuk itu, selama pengobatan sebaiknya memperhatikan meminimalkan
kontak ayam dengan feses yang mengandung telur cacing atau ayam
dipelihara dalam kandang panggung atau baterai. Bersihkan kandang dan
cegah litter lembab.
Selain itu, basmi inang antara seperti semut, lalat dan siput dengan insektisida. Namun, jangan sampai insektisida mengenai ransum, air minum atau ternaknya. - Resistensi obat cacing: Resistensi tidak hanya terjadi pada mikrobia
terhadap antibiotik saja, tetapi cacing juga bisa menjadi resisten
terhadap anthelmintik. Hingga saat ini resistensi cacing yang pernah
dilaporkan terjadi antara lain Oesophagostonum spp yang menginfeksi babi
resisten terhadap pyrantel dan levamisol atau cyathostomes pada kuda
resisten terhadap benzimidazol.
Kasus resistensi tersebut kemungkinan besar karena penggunaan obat cacing yang terlalu sering dalam satu tahun (5-12 kali). Meskipun penelitian tentang resistensi cacing pada ayam belum ada, tetapi mulai saat ini kita harus melakukan pencegahan jangan sampai resistensi tersebut terjadi.
RESISTENSI CACING
Resistensi obat terhadap cacing dapat tekan dengan cara:
- Perbaikan tata laksana pemeliharaan sehingga perkembangbiakan cacing dapat ditekan
- Lakukan pemeriksaan feses secara berkala sebagai acuan perlu tidaknya ayam diberikan obat cacing.
- Berikan obat cacing sesuai dengan dosis yang direkomendasikan, jangan berlebih maupun kurang.
- Rotasi atau penggantian jenis obat cacing yang digunakan setiap 1-2 tahun. Namun kendalanya jenis obat cacing dari golongan yang berbeda sangat terbatas. Contoh rotasi anthelmintik ialah piperazin dengan levamisol yang sama-sama efektif mengatasi infeksi cacing gilik.
- Perhatikan kondisi lingkungan kandang terutama jika lantai lembab, mengingat bentuk telur dan larva cacing bisa saja masih berada di sekitar kandang.
- Perlu pendataan jenis obat cacing yang digunakan selama masa pemeliharaan ayam dan memonitor efektifitas pengobatannya.
DATA PENGAMATAN
PEMBAHASAN
Pada praktikum ditemukan beberapa parasit pada ayam terutama ditemukan Ascaris lumbricoides
yang berukuran bermacam – macam anatra 5 cm – 30 cm. cacing ini banyak
ditemukan di dalam tubuh ayam terutama di bagian usus dari ayam. Caing
ini sepanjang pengamatan ditemukan dalam berbagai ukuran baik jantan
maupun betina, selain itu banyak juga ditemukan masih dalam bentuk
terlur atau lava dalam tubuh ayam terutama di bagian usus dari ayam.
KESIMPULAN
1. Parasit cacing banyak ditemukan di dalam tubuh dari ayam terutama di bagian usus
1. Parasit cacing banyak ditemukan di dalam tubuh dari ayam terutama di bagian usus
2. cacing yang banyak ditemuan, terutama
adalah Ascaris lumbricoides yang berukuran antara 5 cm – 30 cm, baik itu
jantan ataupun betina.
DAFTAR PUSTAKA:
Anonymous. 2007. Nemanthelminthes. (Online). http://free.vlsm.org/v12. Diakses Tanggal 30 November 2008.
Anonymos. 2007. Kegitan Belajar IV: Nemanthelminthes. (Online).http://www.e-dukasi.net . Diakses Tanggal 30 November 2008.
Anonymous. 2005. Cacingan dan Pengobatannya. (Online). http://infovet.blogspot.com, Diakes Tanggal 30 November 2008.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar