BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi adalah salah satu cabang biologi yang menelaah mengenai
organisme hidup berukuran mikroskopis yang meliputi virus, bakteri,
archaea, protozoa, algae, dan fungi. Mikrobiologi mempelajari tentang
berbagai hal mengenai mikroorganisme yaitu ciri-ciri, kekerabatan, serta
manfaatnya. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dimana saja
asalkan cukup nutrien dan cocok mediumnya. Mikroorganisme ada yang
menguntungkan ada juga yang merugikan. Mikroorganisme yang bersifat
menguntungkan dapat membantu menyelesaikan masalah manusia dalam
mengolah sumber daya alam sedang mikroorganisme yang bersifat merugikan
dapat merusak bahan-bahan organik, membuat hilangnya kenikmatan makanan
dan dapat menimbulkan penyakit.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses sterilisasi,
mengetahui proses pembuatan medium, mengetahui metode hitungan cawan dan
penghitungan mikroba serta pewarnaan Gram. Manfaat praktikum ini adalah
dapat mengetahui dan melakukan proses sterilisasi, dapat membuat medium
untuk biakan mikroba, dapat melakukan metode hitungan cawan, dan dapat
melakukan cara pewarnaan Gram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau
bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan, termasuk mikroorganisme.
Sterilisasi dicapai dengan menggunakan pemanasan basah, pemanasan
kering, filtrasi, penyinaran atau bahan-bahan kimia (Irianto, 2006).
Medium dan alat-alat yang digunakan dalam inokulasi jika tidak steril
tidak akan mungkin memperoleh biakan bakteri yang diinginkan. Langkah
pertama yang harus diambil sebelum mengadakan inokulasi adalah
mensterilkan medium serta alat-alat perlengkapannya (Dwidjoseputro,
2005). Selain itu juga, dalam sterilisasi harus menguasai teknik
inokulasi agar mendapat hasil pengamatan yang baik (Purwoko, 2007).
Sterilisasi secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
sterilisasi secara fisik yang meliputi pemanasan sinar ultraviolet,
sinar X dan sebagainya. Sterilisasi dengan pemanasan terdapat empat cara
yaitu dengan cara pemijaran, sterilisasi dengan udara panas,
sterilisasi dengan menggunakan uap air panas, sterilisasi dengan
menggunakan uap panas yang bertekanan. Sterilisasi selanjutnya yakni
secara kimia. Sterilisasi ini menggunakan disinfektan, larutan alkohol,
dan larutan formalin (Dwidjoseputro, 2005).
2.1.1. Sterilisasi Kering
Sterilisasi kering dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan
api dan oven. Spora bakteri oleh sterilisasi kering baru dapat dimatikan
pada suhu yang lebih tinggi dan memerlukan waktu perlakuan yang lebih
lama daripada waktu yang diperlukan pada sterilisasi basah. Peralatan
kaca, serbuk, minyak dan sebagainya yang tahan terhadap pemanasan,
dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 160oC selama 2 jam atau 170oC
selama 1 jam, hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya muatan yang
dimasukkan ke dalam oven (Dwidjoseputro, 2005). Alat-alat yang belum
bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering.
Pensterilan alat-alat dapat pula dilakukan dengan gas etilen oksida.
Pensterilan harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya letusan
(Purwoko, 2007).
2.1.2. Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah biasanya menggunakan alat autoklaf yaitu serupa tangki
minyak yang dapat diisi dengan uap. Autoklaf biasanya digunakan untuk
menyeterilkan medium baik yang berasal dari agar maupun dari air susu.
Apabila medium besar disterilkan maka waktu yang diperlukan akan lebih
panjang karena panas memerlukan waktu untuk menembus bahan tersebut.
Medium yang disterilkan ditempatakan di dalam autoklaf selama 15 menit
pada suhu 121oC dengan tekanan 2 atm. Medium yang disterilkan sebaiknya
ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil. Biasanya autoklaf
sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut tekanan ada
sebesar sebesar 1 atm atau 15 lb/in2 pada suhu
121oC (Dwidjoseputro, 2005). Menggunakan sterilisasi basah, sel-sel
bakteri atau fungi sudah dimatikan pada suhu 60oC dalam waktu 5–10
menit. Spora ragi fungi mati diatas suhu 80oC dan spora bakteri mati
diatas suhu 120oC selama 15 menit. Semakin tinggi kontaminasi maka
semakin banyak jumlah spora yang termos resisten (kebal/tidak mati)
sehingga diperlukan pemanasan yang semakin lama (Irianto, 2006). Medium
yang mengandung vitamin, gelatin, atau sebangsa gula, setelah
sterilisasi dalam autoklaf, medium tersebut harus segera didinginkan
sesudah dikeluarkan dari autoklaf. Hal ini untuk menghindari terurainya
zat–zat . Medium yang sudah steril dapat disimpan dalam lemari es
(Purwoko, 2007).
2.2 Medium dan Larutan Pengencer
Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme. Selain itu medium dapat pula
digunakan sebagai isolasi, perbanyakan, penguji sifat-sifat fisiologis
dan sebagai media penghitung jumlah mikroba (Irianto, 2006). Mikroba
dapat tumbuh dengan baik di dalam medium diperlukan persyaratan tertentu
yaitu medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh
mikroba, medium harus mempunyai tekanan osmose, tegangan muka dan pH
yang sesuai, medium tidak mengandung zat-zat penghambat dan medium harus
steril (Schlegl, 2000). Medium agar merupakan salah satu teknik yang
sangat baik untuk memisahkan mikroba. Dasar makanan yang paling baik
bagi pemeliharaan dan pembiakan bakteri adalah medium yang mengandung
zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa makanan
atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia (Schlegel, 2000). Media
biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk
padat, setengah padat dan cair. Medium cair dapat digunakan untuk
berbagai tujuan termasuk menumbuhkan atau membiakkan mikroba, fermentasi
dan uji-uji lainnya. Media padat digunakan untuk menumbuhkan mikroba
pada permukaan sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung
dan diisolasi misalnya nutrient agar, plate count agar dan potato
dextrose agar. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar
berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena
tidak diuraikan mikroorganisme dan membeku pada suhu di atas 45°C.
Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media
adalah 1,5-2% (Dwidjoseputro, 2005).
2.2.1. Medium Nutrient Agar (NA)
Nutrient agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, yaitu mikroorganisme heterotrof. Nutrient agar merupakan salah
satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji
biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk
pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme
dalam kultur murni (Schlegel, 2000). Nutrient agar (NA) adalah
suatu medium yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yaitu
0,3% ekstrak sapi dan 0,5% pepton, tetapi tidak mengandung sumber
karbohidrat (Irianto, 2006).
2.2.2. Medium Acidified Potato Dextrose Agar (APDA)
Pembuatan medium yang dilakukan oleh manusia dapat berupa medium cair
dan medium padat. Dahulu orang menggunakan kentang yang dipotong-potong
untuk medium (Dwidjoseputro, 2005). Suatu penemuan yang lebih baik
sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar.
Setelah medium disterilisasikan, kemudian dibiarkan mendingin,
diperoleh medium padat yang dapat ditanami mikroorganisme (Dwiloka,
2000). Medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh
mikroorganisme. APDA dibuat untuk menumbuhkan jamur. Hal itu karena
jamur membutuhkan medium yang mengandung karbohidrat, dan pada medium
APDA ini terdapat kentang (sumber karbohidrat) sebagai media yang cocok
untuk menumbuhkan jamur. APDA (Acidified Potato Dextrose Agar) yaitu
digunakan untuk kultivasi dan identifikasi jamur sehingga mempermudah
dalam morfologinya (Irianto, 2006).
2.3 Metode Hitungan Cawan
Metode hitungan cawan merupakan metode yang digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam bahan pangan karena hanya sel yang hidup yang dapat
dihitung. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif
untuk menghitung jumlah mikroba karena hanya sel yang hidup yang dapat
dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus dan dapat
digunakan untuk isolasi serta identifikasi mikroba (Irianto, 2006).
Prinsip metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
mikroskop. Kelemahan metode hitungan cawan diantaranya hasil perhitungan
tidak menunjukkan jumlah mikroba yang sesungguhnya, medium dan kondisi
yang berbeda memungkinkan hasil yang berbeda, mikroba yang ditumbuhkan
harus dapat tumbuh pada medium padat dan memerlukan persiapan dan masa
inkubasi beberapa hari (Schlegel, 2000). Syarat penghitungan koloni
yaitu cawan yang dihitung adalah cawan yang mengandung jumlah koloni 30
– 300, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu dapat dihitung satu
koloni dan suatu deretan koloni sebagai suatu garis tebal dapat dihitung
sebagai satu koloni (Puwoko, 2007).
2.3.1 Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Contohnya suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran
bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Enceran
ini kemudian diambil barang 1ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang
telah berisi pelarut. Enceran yang kedua ini di ambil 1 ml untuk
diencerkan lebih lanjut (Dwidjoseputro, 1994). Jumlah terbaik yang
digunakan untuk perhitungan mikroba anatara 30-300 koloni. Pengenceran
biasanya dilakukan secara desimal (Puwoko, 2007).
2.3.2 Metode Tuang
Teknik pour plate adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar
yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan
pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. Metode
tuang adalah proses mencampurkan bakteri yang sudah diencerkan, dan
sampel tersebut kemudian disebarkan di dalam suatu medium dari kaldu dan
gelatin encer (Dwidjoseputro, 1994). Pengenceran yang telah dilakukan
untuk medium, selanjutnya adalah menuangkan hasil pengenceran pada cawan
petri. Waktu yang baik untuk melakuakan penuangan antara dimulai
pengenceran sampai menuangkan ke cawan petri tidak lebih lama dari 30
menit (Schlegel, 2000).
2.4. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting
dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Cara pewarnaan
ini paling sering dilakukan dalam pekerjaan mikrobiologi. Pewarnaan gram
merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk
mencirikan bakteri (Dwidjoseputro, 2005). Proses pewarnaan gram ini,
olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan ungu kristal, larutan
yodium, alkohol dan safranin. Bakteri yang diwarnai dengan metode ini
dibagi menjadi dua yaitu bakteri gram positif yang mempertahankan zat
pewarna ungu kristal dan karenanya tampak biru - ungu tua. Kelompok yang
lain yaitu bakteri gram negatif, yang kehilangan ungu kristal ketika
dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna
merah safranin atau tampak merah-merah muda (Pelczsar, 2006).
Berdasarkan morfologinya bentuk bakteri dapat dibagi atas tiga golongan
yaitu basil, kokus dan spiril (Dwidjoseputro, 2005). E. Coli merupakan
bakteri negatif yang memiliki bentuk batang, dan berwarna merah
(Dwiloka, 2000). Sel Staphylococcus sp berbentuk coccus atau bulat
dengan ukuran 0,3 – 2,2 μm x 1,27 – 7,0 μm.
Bakteri ini termasuk bakteri yang mempunyai gram
positif (Pelczar, 1986). Terdapat perbedaan stuktur dinding sel pada
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, bakteri gram negatif
mempunyai lapisan peptidoglikan tipis sehingga tidak dapat mengikat cat
warna utama dengan kuat (Dwiloka, 2000).
BAB III
METODOLOGI
Praktikum Mikrobiologi dengan materi Sterilisasi, Medium, Larutan
Pengenceran, Metode Penghitungan Cawan dan Pewarnaan Gram dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2012, pada pukul 15.00 - 19.00 WIB dan
pada hari Kamis tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 16.00 - 18.00 WIB
bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakutas
Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum adalah erlenmeyer berfungsi sebagai
tempat pembuatan medium, cawan petri berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan bakteri, pipet volume berfungsi untuk mengambil larutan,
oven yang berfungsi untuk melakukan sterilisasi kering, autoklaf yang
berfungsi untuk melakukan sterilisasi basah, pipet volume berfungsi
untuk mengambil larutan, bunsen yang digunakan untuk melakukan
sterilisasi, pisau digunakan untuk mengupas dan memotong kentang,
timbangan berfungsi untuk menimbang bahan, gelas ukur berfungsi sebagai
wadah larutan dalam jumlah yang sedikit, gelas beker sebagai wadah suatu
larutan, kertas saring digunakan untuk menyaring larutan, kaca objek
digunakan untuk membuat preparat, tabung reaksi dan raknya berfungsi
sebagai wadah suatu sampel larutan, dan mikroskop berfungsi untuk
mengamati preparat. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum adalah
kertas pembungkus, kapas, alkohol, aluminium foil, kentang, sosis
ayam, agar, aquades, dekstrosa, APDA, sampel (E. Coli dan
Staphylococcus) dan larutan gram A (ungu kristal 90%, etanol 95%,
amonium oksalat dan aquadest), gram B (kristal iodium, Kalium iodida dan
aquadest), gram C (etanol 95%) serta gram D (larutan safranin 2,5%
dalam etanol 95% dan aquadest).
3.2. Metode
3.2.1. Sterilisasi
3.2.1.1. Sterilisasi Kering, menyiapkan
pipet, cawan petri, erlenmayer serta alat gelas lainnya sesuai dengan
kebutuhan. Membersihkan cawan petri dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol untuk membersihkan kotoran dan lemak yang menempel pada
cawan kemudian membungkus cawan petri dengan kertas pembungkus.
Membersihkan pipet hisap dan sumbat bagian pangkal pipet dengan kapas,
kemudian bungkus pipet dengan kertas pembungkus, jangan lupa memberi
tanda pada bagian pangkal dan ujung. Menutup mulut erlenmayer dengan
menggunakan alumunium foil dengan rapat. Memasukkan cawan petri ke dalam
oven selama 1 jam pada suhu 170oC atau selama 2 jam pada suhu 160oC,
kemudian setelah selesai mengeluarkan cawan petri dan pipet volume dari
oven dan menunggu hingga dingin sebelum digunakan.
3.2.1.2. Sterilisasi Basah, memasukkan medium yang akan
disterilkan ke dalam tabung reaksi, kemudian menutup rapat dengan
menggunakan kapas. Memasukkan tabung reaksi tersebut ke dalam autoklaf,
kemudian menutup autoklaf dengan rapat. Menyalakan autoklaf dan menunggu
hingga manometer serta termometer menunjukkan suhu 121o C dengan
tekanan 2 atm selama 15 menit. Membuka katup pengaman setelah selesai
dan biarkan hingga autoklaf tidak lagi bertekanan dan mengeluarkan
mediumnya. Khusus untuk medium agar, untuk menurunkan suhunya dan
menjaga agar tidak membeku maka memasukkan medium ke dalam inkubator
bersuhu 55oC sebelum digunakan.men
3.2.2. Medium dan Larutan pengencer
3.2.2.1. Nutrient Agar (NA), menyiapkan
2,3 gr nutrient agar (NA) dan 1000 ml aquadest kemudian memasukkan ke
dalam gelas erlenmeyer campur kedua larutan tersebut dan mengaduk dengan
menggunakan pengaduk magnetik stirrer. Kemudian melakukan sterilisasi
menggunakan autoklaf.
3.2.2.2. Potato Dextrose Agar (PDA) dan Acidified Potato Dextrose Agar (APDA),
mengupas kentang dengan pisau hingga bersih lalu membilas dengan air
sampai bersih. Memotong dengan ukuran 1x1x1 cm. Menimbang kentang
sebanyak 500 gr. Memasukkan kentang ke dalam bekerglass dan menambahkan
1000 ml aquades, kemudian menutup bekerglass dengan aluminium foil.
Memanaskan dengan menggunakan waterbath hingga mendidih selam 30 menit,
kemudian mendinginkan rebusan kentang. Mengambil filtrat kentang dengan
cara menyaringnya menggunakan kain saring yang bersih. Membuat medium
PDA dengan komposisi 100 ml filtrat kentang, 2 gr dextrose dan 2 gr
agar. Selanjutnya untuk membuat medium APDA terlebih dahulu menyiapkan
larutan asam tartarat 1 ml. Menyeterilkan medium PDA dan melarutkan asam
tartarat dalam autoclaf pada suhu 121oC, 2 atm, selama 10 menit.
Setelah steril memasukkan medium PDA dan melarutkan asam tartarat 1 ml
ke dalam inkubator bersuhu 50oC. Setelah mencapai suhu 50oC menambahkan
dengan pipet ukur steril larutan asam tartarat 1 ml ke dalam medium PDA
secara aseptis. Maka medium yang dihasilkan adalah medium APDA.
3.2.3. Metode Hitungan Cawan
3.2.3.1. Metode Pengenceran, Metode yang digunakan yaitu
menyiapkan dan memberi label larutan pengencer dan cawan petri steril
sesuai dengan pengenceran yang ditetapkan, melakukan pengenceran sampai
tingkat pengenceran yang ditentukan (bahan yang busuk melakukan sampai
tingkat pengenceran 10-5). Pengenceran dilakukan dengan menyiapkan lima
tabung reaksi dan pipet volume dan penghisap , mengisi tabung pertama
dengan sampel, dan kelima tabung lain dengan aquadest. Mengambil sampel
dengan pipet volume diletakkan pada tabung pertama, mengambil larutan
pada tabung pertama diletakkan pada tabung kedua, dan seterusnya sampai
dengan tabung terakhir. Kemudian melakukan pencawanan pada tiga tingkat
pengenceran yang terakhir.
3.2.3.2. Metode Tuang, Menuangkan ±10 ml medium agar ke dalam
cawan petri dan menggoyangkan membentuk angka 8 supaya semua sampel
merata, yang sebelumnya telah diberi larutan tape ketan yang telah
diaduk rata. Setelah medium membeku, menginkubasikan dengan posisi
terbalik pada suhu ruang selama 24 jam.
3.2.3.3. Cara Menghitung Koloni, Menyiapkan medium agar yang
telah ditumbuhi bakteri. Kemudian memulai menghitung bakteri dengan
menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada medium dengan tingkat
pengenceran yang berbeda. Mengitung koloni dapat menggunakan Quebecc
Colony Counter karena ketelitian lebih tinggi. Cara menghitung koloni
yaitu beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu
kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat
dihitung sebagai satu koloni dan suatu deretan atau rantai koloni yang
terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
Mencatat hasil hitungan dan menghitung Standard Plate Count nya.
3.2.4. Pewarnaan Gram
Menggenangi objek dengan larutan gram A selama 1 menit. Kemudian
membilas objek dengan aquades. Menggenangi objek dengan larutan gram B
selama 2 menit. Membuang sisa zat warna pada nampan, kemudian membilas
objek dengan aquades. Membilas objek dengan larutan gram C sampai warna
biru tidak luntur lagi, lalu membilas dengan aquades. Menggenangi objek
dengan larutan safranin (gram D) selama 30 detik. Membuang sisa zat
warna pada nampan, kemudian membilas objek dengan aquades. Membersihkan
sisa aquades dengan tissue, lalu menggenangi dengan minyak emersi.
Kemudian mengamati dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 100 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sterilisasi
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa sterilisasi
membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Alat–alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum harus benar – benar steril. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dwidjoseputro (2005) yang menyatakan bahwa medium dan
alat-alat yang akan dipergunakan dalam inokulasi jika tidak steril, maka
tidak akan mungkin memperoleh biakan bakteri yang diinginkan. Langkah
pertama yang harus diambil sebelum mengadakan inokulasi adalah
mensterilkan medium serta alat-alat perlengkapannya. Sterilisasi kering
dipergunakan untuk mensterilkan alat–alat praktikum dengan menggunakan
oven sedangkan sterlisasi basah dipergunakan untuk mensterilkan medium
sebagai media biakan mikroba dengan menggunakan autoklaf. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dwidjoseputro (2005) yang menyatakan bahwa medium yang
disterilkan ditempatakan di dalam autoklaf selama 15 menit, hal ini
tergantung kepada banyak sedikitnya barang yang disterilkan. Biasanya
autoklaf sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut
tekanan ada sebesar sebesar 1 atm atau 15 lb/in2 pada suhu 121oC.
4.2. Medium dan Larutan Pengencer
4.2.1. Nutrient Agar (NA)
Medium yang digunakan untuk melakukan inokulasi pada bakteri E. coli dan
Staphylococcus yaitu medium yang dibuat dengan perbandingan aquades
100 ml dan 2,3 gram NA. NA yang digunakan dalam praktikum sudah dalam
bentuk bahan jadi. NA tersebut mengandung lipopepton dan agar.
Penggunaan bahan tersebut untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bakteri
untuk berkembang biak. Pepton mengandung protein yang sangat baik
sebagai medium pembiakan mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat
Irianto (2000) bahwa nutrien agar (NA) adalah suatu medium yang
mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yaitu 0,3% ekstrak sapi
dan 0,5% pepton, tetapi tidak mengandung sumber karbohidrat.
4.2.2. Acidified Potato Dextrose Agar (APDA)
Acidified Potato Dextrose Agar (APDA) yang dihasilkan dalam praktikum
mikrobiologi ini berbentuk padat sehingga mikroorganisme dapat tumbuh
dan berkembang, hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (2005) yang
menyatakan bahwa pembuatan medium yang dilakukan oleh manusia dapat
berupa medium cair dan medium padat, dulu orang menggunakan kentang yang
dipotong-potong untuk medium setelah medium itu disterilisasikan
kemudian dibiarkan mendingin maka kita peroleh medium padat yang dapat
ditanami mikroorganisme. Penggunaan dekstrosa pada medium ini karena
jamur akan tumbuh pada médium yang mengandung karbohidrat sebagai
nutrisi yang mudah dicerna energi pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Irianto (2000) yang menyatakan bahwa mikroorganisme dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik didalam medium, maka medium harus
mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroorganisme.
4.3. Metode Hitungan Cawan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai metode hitungan
cawan pada sampel sosis ayam diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Metode Hitungan Cawan Sampel Sosis Ayam
Medium
Pengenceran
SPC
(CFU/ml)
10-3
10-4
10-5
NA
-
152
148
1,5 x 106
APDA
-
364
296
3,0 X 107
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2012.
Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa SPC Sosis Ayam dengan medium
NA sebesar 1,5 x 106 CFU/ml, sedangkan pada medium APDA sebesar 3,0 x
107 CFU/ml. Pengenceran pada sampel Sosis Ayam dilakukan sebanyak 4
kali. Namun dalam penghitungan SPC sampel sosis ayam mengambil 3
pengenceran terakhir. Semakin banyak dilakukan pengenceran maka semakin
sedikit jumlah koloni yang terhitung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Purwoko (2007) bahwa syarat penghitungan koloni yaitu cawan yang
dihitung adalah cawan yang mengandung jumlah koloni 30 – 300, beberapa
koloni yang bergabung menjadi satu dapat dihitung satu koloni dan suatu
deretan koloni sebagai suatu garis tebal dapat dihitung sebagai satu
koloni. Dijelaskan lebih lanjut oleh Irianto (2000) bahwa metode
hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung
jumlah mikroba karena hanya sel yang hidup yang dapat dihitung, beberapa
jenis mikroba dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan untuk
isolasi serta identifikasi mikroba.
4.4. Pewarnaan Gram
4.4.1. Bakteri Staphylococcus aureus
Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadap
kultur cair Staphylococcus aureus dengan perbesaran 100x, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Ilustrasi 1. Staphylococcus aureus
Hasil Praktikum
Pembanding
Keternagan :
Bakteri : Staphylococcus aureus
Bentuk : Bulat
Koloni : Menggumpal
Warna : Ungu
Gram : Positif
Keternagan :
Bakteri : Staphylococcus aureus
Bentuk : Bulat
Koloni : Memisah
Warna : Ungu
Gram : Positif
Sumber : Data Primer Praktikum Mikro Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki
Biologi, 2012. /Staphylococcus_aureus
Berdasarkan hasil praktikum pewarnaan gram pada Staphylococcus aureus
didapatkan warna ungu, berbentuk bulat, koloni menggumpal dan merupakan
bakteri gram positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro
(2005), yang menyatakan bahwa bakteri berdasarkan morfologinya bentuk
bakteri dapat dibagi atas tiga golongan yaitu basil, kokus dan spiril.
Disempurnakan oleh pendapat Pelczar (2006) yang menyatakan sel
Staphylococcus sp berbentuk coccus atau bulat dengan ukuran 0,3 – 2,2 μm
x 1,27 – 7,0 μm, bakteri ini termasuk bakteri yang mempunyai gram
positif.
4.4.2. Bakteri Escherichia coli
Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadap
kultur cair Escherichia Coli dengan perbesaran 100x, diperoleh sebagai
berikut :
Gambar 2. Bakteri Escherichia Coli
Hasil Praktikum
Pembanding
Keternagan :
Bakteri : Escherichia Coli
Bentuk : Batang
Koloni : Menggerombol
Warna : Merah muda
Gram : Negatif
Keternagan :
Bakteri : Escherichia Coli
Bentuk : Batang
Koloni : Menggerombol
Warna : Merah muda
Gram : Negatif
Sumber : Data Primer Praktikum Mikro Sumber : www.google.com/
Biologi, 2012. Escherichia coli
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x,
diketahui bahwa Escherichia coli didapatkan warna merah muda, berbentuk
batang dan merupakan bakteri gram negatif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dwiloka (2000), yang menyatakan bahwa bakteri E. Coli memiliki
bentuk batang, dan berwarna merah. Bakteri ini termasuk bakteri gram
negatif, dan berwarna merah karena bakteri ini mempunyai peptidoglikan
tipis pada dinding selnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiloka
(2000), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan stuktur dinding sel
pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, bakteri gram negatif
mempunyai lapisan peptidoglikan tipis sehingga tidak dapat mengikat cat
warna utama dengan kuat.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mikrobiologi dapat disimpulkan bahwa sterilisasi
kering digunakan untuk mensterilkan alat sedangkan sterilisasi basah
untuk mensterilkan medium. Medium biakan terdiri dari cair dan padat.
Medium yang baik memilki nutrien yang cukup bagi mikroba, tidak ada zat
penghambat dan harus steril. Pewarnaan gram dapat membedakan bakteri
yang bersifat gram positif dan gram negatif. Pewarnaan gram yang dapat
disimpulkan yaitu adanya bakteri yang berbentuk bulat dan warna yang
nampak adalah ungu. Hal ini berarti bakteri gram positif. Sedangkan
bakteri yang berwarna merah muda, termasuk bakteri gram negatif.
Pertumbuhan bakteri terdiri dari tujuh fase yaitu fase adaptasi, fase
pertumbuhan awal, fase pertumbuhan logaritma, fase pertumbuhan lambat,
fase pertumbuhan statis (stasioner), fase menuju kematian dan fase
kematian.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum Mikrobiologi Umum adalah agar praktikan lebih
hati-hati dan teliti ketika melakukan sterilisasi alat dan bahan serta
dalam memindahkan bakteri ke dalam medium biakan agar tidak terjadi
kontaminasi dengan mikroorganisme lain yang tidak dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Dwijdoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Dwiloka, B. 2000. Pangan dan Gizi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme I. Yrama Widya,
Bandung
Pelczsar, M dan Chan, ECS. 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi 2. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara, Jakarta.
Schlegel, H. G. 2000. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. Diterjemahkan oleh Tedjo Baskoro. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar