Senin, 10 November 2014

PENYAKIT-PENYAKIT UNGGAS




1.   AVIAN INFLUENZA (AI)
Penyebab                    : Virus famili orthomyxoviridae
Sumber infeksi             : unggas piara, spesies unggas domestikasi yang lain, burung piara eksotik, unggas liar, hewan lain.
Tanda klinis                 : sangat bervariasi tergantung spesies, jenis kelamin, infeksi ikutan, virus yang menginfeksi, factor lingkungan dan sebagainya yaitu aktivitas menurun, konsumsi pakan menurun, emasiasi, ayam mengeram lebih lama, produksi telur menurun, gangguan pernapasan dari yang ringan sampai berat, batuk ,bersin lakrimasi yang berlebihan, sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan kepala, terdapat sianose pada kulit yang tidak berbulu, gangguan saraf dan diare.
                          Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda saja yang terlihat atau beberapa kombinasi. Pada kasus yang sangat cepat ayam-ayam mati tanpa tanda-tanda. Ayam sakit dalam keadaan komatose sering kepalanya menyentuh lantai.
Perubahan pasca mati   : terlihat kongesti, hemoragi, transudatif dan perubahan nekrotik pada kulit, jengger, pial.
                                    Pada penyakit berlanjut organ-organ yang lain akan terkena sering terlihat bintik kuning abu-abu pada hati, limpa, ginjal dan paru-paru.
Diagnosa                     : Dengan pemeriksaan serologi dan virologi. Spesimen berupa swab trakea dan kloaka.
Diagnosa banding        : ND, Chlamydia, Mycoplasmosis dan bakteri.
Pengendalian               : Tidak ada pengobatan yang spesifik, semua pengobatan hanya menunjang secara alam untuk melegakan alat pernapasan. Pengobatan dengan antibiotik hanya untuk mencegah efek ikutan pada infeksi bakteri dan mycoplasma.

2.   SNOT (INFECTIOUS CORYZA)
Penyebab                    : Hemophilus paragallinarum
Tanda klinis                 :    -    Konsumsi makanan, produksi telur atau pertumbuhan menurun cukup tajam.
- terlihat adnya leleran hidung dan mata yang kadang-kadang disertai mata lengket / tertutup
                               - udema muka, gangguan pernapasan dan mungkin disertai diare
                                         -      keadaan ini melanjut dengan ditemukannya beberapa penderita dengan pembengkakan sinus infra orbitalis dan / atau eksudat pada kantung konjunctiva.
       Perubahan pasca mati   : peradangan yang bersifat kataral pada saluran hidung dan sinus-sinus, seringkali disertai eksudat pada rongga hidung. Seringkali ditemukan pembengkakan muka dan kadang-kadang balung.
     Diagnosa                     : -      sejarah, gejala klinis dan lesi yang menciri bisa digunakan sebagai dasar diagnosa.
-  preparat ulas eksudat hidung harus dibuat dan diwarnai,
-  isolasi dan identifikasi organisme dari eksudat sinus
-  bisa juga dilakukan uji biologis terhadap eksudat dari sinus ayam peka
-  HI dan AGID test serum penderita
     Diagnosa banding        : mycoplasmosis, pox unggas, pasteurellosis terbatas yang bersifat kronis
     Pencegahan                 : - beli anak ayam yang bebas koriza dan pelihara dengan sanitasi ketat
-  bila ada outbreak perlu dilakukan depopulasi kemudian kandang dibersihkan dan desinfeksi, istirahatkan beberapa hari. Kemudian masukkan ayam baru yang bebas koriza
-  lakukan vaksinasi
     Pengobatan                 : beberapa preparat sulfa dan antibiotik bisa digunakan. Obat yang bisa dipakai yaitu streptomycin, erythromycin, sulfadimethoxine

3.   NEWCASTLE DISEASE (ND)
Penyebab                    : Virus Paramyxo
Penularan                    : Kontak dengan hewan sakit melalui eksudat, feses dan urine atau melalui perlengkapan kandang termasuk pakan. Penularan dari satu tempat ke tempat yang lain melalui transportasi, pekerja kandang, burung liar, angin, serangga dsb.
Tanda klinis                 : tergantung dari virulensi virus yang menulari bisa asimptomatis, gejala pernapasan ringan atau gejala pernapasan disertai gangguan syaraf atau kombinasi gangguan pernapasan dan digesti.
Perubahan pasca mati   : tergantung pada strain yang menulari yaitu berupa bintik-bintik perdarahan pada proventrikulus, nekrose pada usus, kelainan saluran pernapasan berupa rhinitis, tracheitis, laringitis, pneumonia dengan eksudat kataralis atau mukopurulenta. Kelainan syaraf berupa ensefalitis, degenerasi dan nekrose otak. Dapat pula ditemukan perdarahan berupa ptechie pada pericard, epicard, subpleura, tembolok dan usus.
Diagnosa                     : isolasi dan identifikasi dengan uji HA (hemaglutinasi) dan HI (Hemaglutinasi Inhibition)
Diagnosa banding        : Infectious bronchitis, infectious laryngotracheitis, mikoplasmosis, avian encephalomielitis.
Pengendalian               : Sanitasi kandang yang baik, anak ayam harus berasal dari peternakan yang bebas ND dan selalu dilakukan vaksinasi pada hewan-hewan yang peka.







4.   INFECTIOUS BRONCHITIS (IB)
Penyebab                    : Coronaviridae
Tanda klinis                 :        pada ayam muda penyakit IB sangat cepat ditandai dengan sulit bernapas, sedikit ngorok dari hidung dan mata keluar eksudat. Produksi telur menurun antara 10-50 %, bentuk telur abnormal, kerabang lunak atau kasar, daya tetas menurun.
Peubahan pasca mati    : trakea terlihat kemerahan mengeluarkan lendir seromukoid, kantung hawa menebal dan buram. Pada ayam petelur terdapat peritonitis akibat telur pecah dan salfingitis. Kadang-kadang ditemukan nefrosis.
Diagnosa                     : Histopatologi, Virologi
Diagnosa banding        : Infectious laryngotracheitis, ND, infeksi mikoplasma.
Pengendalian               : Pemeliharaan kandang yang sehat dan vaksinasi secara teratur

5.   PULLORUM
Penyebab                    : Salmonella pullorum
Penularan                    : melalui air, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi, penularan juga dapat terjadi akibat kanibalisme ayam yang mengalami bakterimia.
Tanda klinis                 : - pada ayam dewasa tidak menunjukkan gejala klinis.
-  pada ayam yang baru menetas kelihatan lemah dan kemudian mati.
-  Anak ayam yang sakit kelihatan ngantuk dan lemah.
-  Juga terlihat penurunan nafsu makan, diare putih yang menempel, berkelompok didekat sumber panas dan menciap-ciap.
-  Beberapa hari kemudian mungkin timbul gangguan pernapasan pada anak ayam yang menghirup bibit penyakit pada penetasan
  Perubahan pasca mati   : pada ayam dewasa biasanya tidak ada lesi, testis yang terserang mungkin atropi. Pada anak ayam yang mati kadang-kaadang terlihat basah, ada tinja keputihan  seperti pasta yang menempel disekitar kloaka. Pada kasus klasik ditemukan nodul-nodul berwarna abu-abu pada satu atau lebih organ paru, hati, dinding gizard, limpa, peritoneum, dinding usus / usus buntu.
  Diagnosa                     : isolasi dan identifikasi
  Pencegahan                 : dengan cara monitoring dengan uji serologi secara rutin.
  Pengobatan                 : Pada ayam pedaging kadang-kadang dilakukan pengobatan, kemudian tetap dipelihara dan dijual tanpa kerugian yang banyak. Pada ayam petelur dianjurkan untuk depopulasi. Penggunaan obat sulfa atau furazolidon atau antibiotik berspektrum luas. Obat hendaknya dicampurkan pada air minum.



6.   FOWL POX (CACAR AYAM)
Penyebab                    : Virus DNA yaitu virus pox
Sumber penularan        : nyamuk
Penularan                    : melalui luka pada kulit, bisa juga melalui keropeng tertular yang dimakan, penularan langsung juga dapat terjadi misalnya dengan mematuk-matuk ayam sakit
Tanda klinis                 : Mula-mula berupa papula kecil berwarna kelabu di daerah kulit yang tidak berbulu, pada bagian kepala dan kaki. Beberapa radang bergabung membentuk radang yang besar dan akhirnya membentuk keropeng besar. Apabila keropeng dikelupas akan terjadi perdarahan dilapisan bawahnya. Pada tipe cacar basah akan terlihat bercak berwarna kuning pada selaput lendir mulut, lubang hidung dan faring, sering menyebabkan penyumbatan saluran udara yang mengakibatkan penderita tercekik.
Perubahan pasca mati   : perubahan yang terjadi sama seperti gejala klinis.
Diagnosa                     : histopatologi
Pengendalian               : Ayam yang tertular diisolasi sedangkan ayam disekitar kandang harus divaksinasi. Untuk mencegah infeksi sekunder diberi antibiotik dan vitamin. Populasi nyamuk dapat ditekan dengan menggunakan pestisida.

7.   GUMBORO (INFECTIOUS BURSAL DISEASE/IBD)
Penyebab                    : birnavirus
Penyebaran                 : melalui kontaminasi virus pada peralatan kandang, pakan, alat angkut dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam kandang.
Tanda klinis                 : dikenal dua bentuk penyakit gumboro yaitu subklinis dan klinis.
a.    Bentuk Subklinis
     Menyerang ayam muda yang umurnya kurang dari tiga minggu dan tidak terlihat gejala klinisnya. Biasanya tidak menimbulkan kematian tetapi ayam yang terserang dan sembuh dari penyakit akan mengalami imunodepresi akibat kerusakan sel-sel limfosit pembentuk antibodi yang berada dalam bursa fabrisius, thymus dan limpa. Ayam menjadi tidak tanggap terhadap vaksinasi dan kematian terjadi akibat infeksi penyakit lain.
b.    Bentuk Klinis
     Kejadiannya berjalan akut dengan tanda-tanda klinis ayam menjadi lesu, inkoordinasi, tremor, mencret putih dan berlendir, mematuk-matuk kloaka dan bulunya kusam. Bila terjadi infeksi sekunder, kesembuhan dapat terjadi dalm waktu kurang dari satu minggu dan kematian tidak lebih dari 20%.
Perubahan pascamati :  perdarahan pada otot dada, otot paha, otot sayap dan proventrikulus, sering juga perdarahan terjadi di dalam rongga tubuh dan darahnya sulit membeku. Pada kejadian penyakit yang kronis bursanya mengecil dan berisi eksudat yang telah mengeras.
Diagnosa                  : sejarah penyakit, gejala klinis dan perubahan pasca mati, isolasi virus, histopatologi.
Diagnosa banding      : Leukositozoonosis, inclusion body hepatitis, infectious bronchitis, keracunan warfarin, defisiensi vitamin A, ND, koksidiosis.
Pengendalian            : Tidak ada obat yang efektif, kecuali hanya untuk menekan infeksi sekunder.
Pencegahan              : Vaksinasi

8.   FOWL KOLERA (KOLERA UNGGAS)
Penyebab                    : Pasteurella multocida
Penularan                    : Kanibalisme unggas yang menderita atau mati karena kolera merupakan penularan yang cukup penting.
Tanda Klinis                 : - pada kolera akut dijumpai kematian yang tiba-tiba.
-  Ayam yang menderita kolera nafsu makannya turun, depresi, kebiruan, mengeluarkan cairan kental dari mulut atau hidung, diare putih berair atau hijau mengental.
-  Pada kasus yang kronis dijumpai pembengkakan persendian, cuping, telapak kaki atau selaput sendi. Eksudat biasanya mengkeju dan bisa terkumpul didalam selaput selaput mata atau sinus infraorbitalis.
Perubahan pasca mati   : - kalau penyakitnya sangat akut, mungkin tidak ditemukan lesi.
-  pada kasus akut terdapat seluruh permukaan hatinya bergaris-garis.
-  Pada kasus kronik mungkin ditemukan beberapa peradangan terbatas pada persedian, selaput sendi, cuping, kantung selaput mata, sinus infraorbitalis, selaput lendir rongga hidung, telinga tengah atau pada tulang cranial
  Diagnosa                     : bedah bangkai, sejarah penyakit dan tanda klinis, isolasi dan identifikasi bakteri.
  Diagnosa banding        : Influenza unggas, ND.
  Pencegahan                 : kebersihan lingkungan, vaksinasi, bila ada outbreak sebaiknya dilakukan depopulasi
  Pengobatan                 : obat yang sering dipakai yaitu sulfamethoxine, sulfaquinoxaline, sulfamethazine, sulfamerazine, tetracyclin, erythromycin, streptomycin, penicillin.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar