Minggu, 09 November 2014

Laporan Praktikum Mikrobiologi (Menhitung Koloni Mikroba, Medium Biakan NA dan PDA, Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif)

BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi adalah salah satu cabang biologi yang menelaah mengenai organisme hidup berukuran mikroskopis yang meliputi virus, bakteri, archaea, protozoa, algae, dan fungi. Mikrobiologi mempelajari tentang berbagai hal mengenai mikroorganisme yaitu ciri-ciri, kekerabatan, serta manfaatnya. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dimana saja asalkan cukup nutrien dan cocok mediumnya. Mikroorganisme ada yang menguntungkan ada juga yang merugikan. Mikroorganisme yang bersifat menguntungkan dapat membantu menyelesaikan masalah manusia dalam mengolah sumber daya alam sedang mikroorganisme yang bersifat merugikan dapat merusak bahan-bahan organik, membuat hilangnya kenikmatan makanan dan dapat menimbulkan penyakit. 
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses sterilisasi, mengetahui proses pembuatan medium, mengetahui metode hitungan cawan dan penghitungan mikroba serta pewarnaan Gram. Manfaat praktikum ini adalah dapat mengetahui dan melakukan proses sterilisasi, dapat membuat medium untuk biakan mikroba, dapat melakukan metode hitungan cawan, dan dapat melakukan cara pewarnaan Gram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan, termasuk mikroorganisme. Sterilisasi dicapai dengan menggunakan pemanasan basah, pemanasan kering, filtrasi, penyinaran atau bahan-bahan kimia (Irianto, 2006). Medium dan alat-alat yang digunakan dalam inokulasi jika tidak steril tidak akan mungkin memperoleh biakan bakteri yang diinginkan. Langkah pertama yang harus diambil sebelum mengadakan inokulasi adalah mensterilkan medium serta alat-alat perlengkapannya (Dwidjoseputro, 2005). Selain itu juga, dalam sterilisasi harus menguasai teknik inokulasi agar mendapat hasil pengamatan yang baik (Purwoko, 2007). Sterilisasi secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sterilisasi secara fisik yang meliputi pemanasan sinar ultraviolet, sinar X dan sebagainya. Sterilisasi dengan pemanasan terdapat empat cara yaitu dengan cara pemijaran, sterilisasi dengan udara panas, sterilisasi dengan menggunakan uap air panas, sterilisasi dengan menggunakan uap panas yang bertekanan. Sterilisasi selanjutnya yakni secara kimia. Sterilisasi ini menggunakan disinfektan, larutan alkohol, dan larutan formalin (Dwidjoseputro, 2005). 

2.1.1. Sterilisasi Kering

Sterilisasi kering dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan api dan oven. Spora bakteri oleh sterilisasi kering baru dapat dimatikan pada suhu yang lebih tinggi dan memerlukan waktu perlakuan yang lebih lama daripada waktu yang diperlukan pada sterilisasi basah. Peralatan kaca, serbuk, minyak dan sebagainya yang tahan terhadap pemanasan, dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 160oC selama 2 jam atau 170oC selama 1 jam, hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan ke dalam oven (Dwidjoseputro, 2005). Alat-alat yang belum bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula dilakukan dengan gas etilen oksida. Pensterilan harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya letusan (Purwoko, 2007). 

2.1.2. Sterilisasi Basah

Sterilisasi basah biasanya menggunakan alat autoklaf yaitu serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Autoklaf biasanya digunakan untuk menyeterilkan medium baik yang berasal dari agar maupun dari air susu. Apabila medium besar disterilkan maka waktu yang diperlukan akan lebih panjang karena panas memerlukan waktu untuk menembus bahan tersebut. Medium yang disterilkan ditempatakan di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC dengan tekanan 2 atm. Medium yang disterilkan sebaiknya ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil. Biasanya autoklaf sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut tekanan ada sebesar sebesar 1 atm atau 15 lb/in2 pada suhu 121oC (Dwidjoseputro, 2005). Menggunakan sterilisasi basah, sel-sel bakteri atau fungi sudah dimatikan pada suhu 60oC dalam waktu 5–10 menit. Spora ragi fungi mati diatas suhu 80oC dan spora bakteri mati diatas suhu 120oC selama 15 menit. Semakin tinggi kontaminasi maka semakin banyak jumlah spora yang termos resisten (kebal/tidak mati) sehingga diperlukan pemanasan yang semakin lama (Irianto, 2006). Medium yang mengandung vitamin, gelatin, atau sebangsa gula, setelah sterilisasi dalam autoklaf, medium tersebut harus segera didinginkan sesudah dikeluarkan dari autoklaf. Hal ini untuk menghindari terurainya zat–zat . Medium yang sudah steril dapat disimpan dalam lemari es (Purwoko, 2007). 

2.2 Medium dan Larutan Pengencer 

Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme. Selain itu medium dapat pula digunakan sebagai isolasi, perbanyakan, penguji sifat-sifat fisiologis dan sebagai media penghitung jumlah mikroba (Irianto, 2006). Mikroba dapat tumbuh dengan baik di dalam medium diperlukan persyaratan tertentu yaitu medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba, medium harus mempunyai tekanan osmose, tegangan muka dan pH yang sesuai, medium tidak mengandung zat-zat penghambat dan medium harus steril (Schlegl, 2000). Medium agar merupakan salah satu teknik yang sangat baik untuk memisahkan mikroba. Dasar makanan yang paling baik bagi pemeliharaan dan pembiakan bakteri adalah medium yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa makanan atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia (Schlegel, 2000). Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk padat, setengah padat dan cair. Medium cair dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk menumbuhkan atau membiakkan mikroba, fermentasi dan uji-uji lainnya. Media padat digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung dan diisolasi misalnya nutrient agar, plate count agar dan potato dextrose agar. Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan mikroorganisme dan membeku pada suhu di atas 45°C. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2% (Dwidjoseputro, 2005). 
2.2.1. Medium Nutrient Agar (NA) 
Nutrient agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, yaitu mikroorganisme heterotrof. Nutrient agar merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni (Schlegel, 2000). Nutrient agar (NA) adalah suatu medium yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yaitu 0,3% ekstrak sapi dan 0,5% pepton, tetapi tidak mengandung sumber karbohidrat (Irianto, 2006). 
2.2.2. Medium Acidified Potato Dextrose Agar (APDA) 
Pembuatan medium yang dilakukan oleh manusia dapat berupa medium cair dan medium padat. Dahulu orang menggunakan kentang yang dipotong-potong untuk medium (Dwidjoseputro, 2005). Suatu penemuan yang lebih baik sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar. Setelah medium disterilisasikan, kemudian dibiarkan mendingin, diperoleh medium padat yang dapat ditanami mikroorganisme (Dwiloka, 2000). Medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroorganisme. APDA dibuat untuk menumbuhkan jamur. Hal itu karena jamur membutuhkan medium yang mengandung karbohidrat, dan pada medium APDA ini terdapat kentang (sumber karbohidrat) sebagai media yang cocok untuk menumbuhkan jamur. APDA (Acidified Potato Dextrose Agar) yaitu digunakan untuk kultivasi dan identifikasi jamur sehingga mempermudah dalam morfologinya (Irianto, 2006). 

2.3 Metode Hitungan Cawan

Metode hitungan cawan merupakan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan karena hanya sel yang hidup yang dapat dihitung. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena hanya sel yang hidup yang dapat dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan untuk isolasi serta identifikasi mikroba (Irianto, 2006). Prinsip metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa mikroskop. Kelemahan metode hitungan cawan diantaranya hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah mikroba yang sesungguhnya, medium dan kondisi yang berbeda memungkinkan hasil yang berbeda, mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan memerlukan persiapan dan masa inkubasi beberapa hari (Schlegel, 2000). Syarat penghitungan koloni yaitu cawan yang dihitung adalah cawan yang mengandung jumlah koloni 30 – 300, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu dapat dihitung satu koloni dan suatu deretan koloni sebagai suatu garis tebal dapat dihitung sebagai satu koloni (Puwoko, 2007). 

2.3.1 Pengenceran 

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil barang 1ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang telah berisi pelarut. Enceran yang kedua ini di ambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut (Dwidjoseputro, 1994). Jumlah terbaik yang digunakan untuk perhitungan mikroba anatara 30-300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal (Puwoko, 2007). 

2.3.2 Metode Tuang 

Teknik pour plate adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. Metode tuang adalah proses mencampurkan bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel tersebut kemudian disebarkan di dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer (Dwidjoseputro, 1994). Pengenceran yang telah dilakukan untuk medium, selanjutnya adalah menuangkan hasil pengenceran pada cawan petri. Waktu yang baik untuk melakuakan penuangan antara dimulai pengenceran sampai menuangkan ke cawan petri tidak lebih lama dari 30 menit (Schlegel, 2000). 

2.4. Pewarnaan Gram 

Pewarnaan gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Cara pewarnaan ini paling sering dilakukan dalam pekerjaan mikrobiologi. Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan bakteri (Dwidjoseputro, 2005). Proses pewarnaan gram ini, olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan ungu kristal, larutan yodium, alkohol dan safranin. Bakteri yang diwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua yaitu bakteri gram positif yang mempertahankan zat pewarna ungu kristal dan karenanya tampak biru - ungu tua. Kelompok yang lain yaitu bakteri gram negatif, yang kehilangan ungu kristal ketika dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah safranin atau tampak merah-merah muda (Pelczsar, 2006). Berdasarkan morfologinya bentuk bakteri dapat dibagi atas tiga golongan yaitu basil, kokus dan spiril (Dwidjoseputro, 2005). E. Coli merupakan bakteri negatif yang memiliki bentuk batang, dan berwarna merah (Dwiloka, 2000). Sel Staphylococcus sp berbentuk coccus atau bulat dengan ukuran 0,3 – 2,2 μm x 1,27 – 7,0 μm. Bakteri ini termasuk bakteri yang mempunyai gram positif (Pelczar, 1986). Terdapat perbedaan stuktur dinding sel pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan tipis sehingga tidak dapat mengikat cat warna utama dengan kuat (Dwiloka, 2000). 
BAB III 
METODOLOGI 
Praktikum Mikrobiologi dengan materi Sterilisasi, Medium, Larutan Pengenceran, Metode Penghitungan Cawan dan Pewarnaan Gram dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2012, pada pukul 15.00 - 19.00 WIB dan pada hari Kamis tanggal 24 Mei 2012, pada pukul 16.00 - 18.00 WIB bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakutas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. 

3.1. Materi 

Alat yang digunakan pada praktikum adalah erlenmeyer berfungsi sebagai tempat pembuatan medium, cawan petri berfungsi sebagai tempat pertumbuhan bakteri, pipet volume berfungsi untuk mengambil larutan, oven yang berfungsi untuk melakukan sterilisasi kering, autoklaf yang berfungsi untuk melakukan sterilisasi basah, pipet volume berfungsi untuk mengambil larutan, bunsen yang digunakan untuk melakukan sterilisasi, pisau digunakan untuk mengupas dan memotong kentang, timbangan berfungsi untuk menimbang bahan, gelas ukur berfungsi sebagai wadah larutan dalam jumlah yang sedikit, gelas beker sebagai wadah suatu larutan, kertas saring digunakan untuk menyaring larutan, kaca objek digunakan untuk membuat preparat, tabung reaksi dan raknya berfungsi sebagai wadah suatu sampel larutan, dan mikroskop berfungsi untuk mengamati preparat. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum adalah kertas pembungkus, kapas, alkohol, aluminium foil, kentang, sosis ayam, agar, aquades, dekstrosa, APDA, sampel (E. Coli dan Staphylococcus) dan larutan gram A (ungu kristal 90%, etanol 95%, amonium oksalat dan aquadest), gram B (kristal iodium, Kalium iodida dan aquadest), gram C (etanol 95%) serta gram D (larutan safranin 2,5% dalam etanol 95% dan aquadest). 

3.2. Metode 


3.2.1. Sterilisasi 

3.2.1.1. Sterilisasi Kering, menyiapkan pipet, cawan petri, erlenmayer serta alat gelas lainnya sesuai dengan kebutuhan. Membersihkan cawan petri dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol untuk membersihkan kotoran dan lemak yang menempel pada cawan kemudian membungkus cawan petri dengan kertas pembungkus. Membersihkan pipet hisap dan sumbat bagian pangkal pipet dengan kapas, kemudian bungkus pipet dengan kertas pembungkus, jangan lupa memberi tanda pada bagian pangkal dan ujung. Menutup mulut erlenmayer dengan menggunakan alumunium foil dengan rapat. Memasukkan cawan petri ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 170oC atau selama 2 jam pada suhu 160oC, kemudian setelah selesai mengeluarkan cawan petri dan pipet volume dari oven dan menunggu hingga dingin sebelum digunakan. 
3.2.1.2. Sterilisasi Basah, memasukkan medium yang akan disterilkan ke dalam tabung reaksi, kemudian menutup rapat dengan menggunakan kapas. Memasukkan tabung reaksi tersebut ke dalam autoklaf, kemudian menutup autoklaf dengan rapat. Menyalakan autoklaf dan menunggu hingga manometer serta termometer menunjukkan suhu 121o C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit. Membuka katup pengaman setelah selesai dan biarkan hingga autoklaf tidak lagi bertekanan dan mengeluarkan mediumnya. Khusus untuk medium agar, untuk menurunkan suhunya dan menjaga agar tidak membeku maka memasukkan medium ke dalam inkubator bersuhu 55oC sebelum digunakan.men 

3.2.2. Medium dan Larutan pengencer 

3.2.2.1. Nutrient Agar (NA), menyiapkan 2,3 gr nutrient agar (NA) dan 1000 ml aquadest kemudian memasukkan ke dalam gelas erlenmeyer campur kedua larutan tersebut dan mengaduk dengan menggunakan pengaduk magnetik stirrer. Kemudian melakukan sterilisasi menggunakan autoklaf. 
3.2.2.2. Potato Dextrose Agar (PDA) dan Acidified Potato Dextrose Agar (APDA), mengupas kentang dengan pisau hingga bersih lalu membilas dengan air sampai bersih. Memotong dengan ukuran 1x1x1 cm. Menimbang kentang sebanyak 500 gr. Memasukkan kentang ke dalam bekerglass dan menambahkan 1000 ml aquades, kemudian menutup bekerglass dengan aluminium foil. Memanaskan dengan menggunakan waterbath hingga mendidih selam 30 menit, kemudian mendinginkan rebusan kentang. Mengambil filtrat kentang dengan cara menyaringnya menggunakan kain saring yang bersih. Membuat medium PDA dengan komposisi 100 ml filtrat kentang, 2 gr dextrose dan 2 gr agar. Selanjutnya untuk membuat medium APDA terlebih dahulu menyiapkan larutan asam tartarat 1 ml. Menyeterilkan medium PDA dan melarutkan asam tartarat dalam autoclaf pada suhu 121oC, 2 atm, selama 10 menit. Setelah steril memasukkan medium PDA dan melarutkan asam tartarat 1 ml ke dalam inkubator bersuhu 50oC. Setelah mencapai suhu 50oC menambahkan dengan pipet ukur steril larutan asam tartarat 1 ml ke dalam medium PDA secara aseptis. Maka medium yang dihasilkan adalah medium APDA. 

3.2.3. Metode Hitungan Cawan 

3.2.3.1. Metode Pengenceran, Metode yang digunakan yaitu menyiapkan dan memberi label larutan pengencer dan cawan petri steril sesuai dengan pengenceran yang ditetapkan, melakukan pengenceran sampai tingkat pengenceran yang ditentukan (bahan yang busuk melakukan sampai tingkat pengenceran 10-5). Pengenceran dilakukan dengan menyiapkan lima tabung reaksi dan pipet volume dan penghisap , mengisi tabung pertama dengan sampel, dan kelima tabung lain dengan aquadest. Mengambil sampel dengan pipet volume diletakkan pada tabung pertama, mengambil larutan pada tabung pertama diletakkan pada tabung kedua, dan seterusnya sampai dengan tabung terakhir. Kemudian melakukan pencawanan pada tiga tingkat pengenceran yang terakhir. 
3.2.3.2. Metode Tuang, Menuangkan ±10 ml medium agar ke dalam cawan petri dan menggoyangkan membentuk angka 8 supaya semua sampel merata, yang sebelumnya telah diberi larutan tape ketan yang telah diaduk rata. Setelah medium membeku, menginkubasikan dengan posisi terbalik pada suhu ruang selama 24 jam. 
3.2.3.3. Cara Menghitung Koloni, Menyiapkan medium agar yang telah ditumbuhi bakteri. Kemudian memulai menghitung bakteri dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada medium dengan tingkat pengenceran yang berbeda. Mengitung koloni dapat menggunakan Quebecc Colony Counter karena ketelitian lebih tinggi. Cara menghitung koloni yaitu beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni dan suatu deretan atau rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Mencatat hasil hitungan dan menghitung Standard Plate Count nya. 

3.2.4. Pewarnaan Gram 

Menggenangi objek dengan larutan gram A selama 1 menit. Kemudian membilas objek dengan aquades. Menggenangi objek dengan larutan gram B selama 2 menit. Membuang sisa zat warna pada nampan, kemudian membilas objek dengan aquades. Membilas objek dengan larutan gram C sampai warna biru tidak luntur lagi, lalu membilas dengan aquades. Menggenangi objek dengan larutan safranin (gram D) selama 30 detik. Membuang sisa zat warna pada nampan, kemudian membilas objek dengan aquades. Membersihkan sisa aquades dengan tissue, lalu menggenangi dengan minyak emersi. Kemudian mengamati dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 100 kali. 
BAB IV 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

4.1. Sterilisasi 

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa sterilisasi membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Alat–alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum harus benar – benar steril. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (2005) yang menyatakan bahwa medium dan alat-alat yang akan dipergunakan dalam inokulasi jika tidak steril, maka tidak akan mungkin memperoleh biakan bakteri yang diinginkan. Langkah pertama yang harus diambil sebelum mengadakan inokulasi adalah mensterilkan medium serta alat-alat perlengkapannya. Sterilisasi kering dipergunakan untuk mensterilkan alat–alat praktikum dengan menggunakan oven sedangkan sterlisasi basah dipergunakan untuk mensterilkan medium sebagai media biakan mikroba dengan menggunakan autoklaf. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (2005) yang menyatakan bahwa medium yang disterilkan ditempatakan di dalam autoklaf selama 15 menit, hal ini tergantung kepada banyak sedikitnya barang yang disterilkan. Biasanya autoklaf sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut tekanan ada sebesar sebesar 1 atm atau 15 lb/in2 pada suhu 121oC. 

4.2. Medium dan Larutan Pengencer 



4.2.1. Nutrient Agar (NA) 

Medium yang digunakan untuk melakukan inokulasi pada bakteri E. coli dan Staphylococcus yaitu medium yang dibuat dengan perbandingan aquades 100 ml dan 2,3 gram NA. NA yang digunakan dalam praktikum sudah dalam bentuk bahan jadi. NA tersebut mengandung lipopepton dan agar. Penggunaan bahan tersebut untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang biak. Pepton mengandung protein yang sangat baik sebagai medium pembiakan mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Irianto (2000) bahwa nutrien agar (NA) adalah suatu medium yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yaitu 0,3% ekstrak sapi dan 0,5% pepton, tetapi tidak mengandung sumber karbohidrat. 

4.2.2. Acidified Potato Dextrose Agar (APDA) 

Acidified Potato Dextrose Agar (APDA) yang dihasilkan dalam praktikum mikrobiologi ini berbentuk padat sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang, hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (2005) yang menyatakan bahwa pembuatan medium yang dilakukan oleh manusia dapat berupa medium cair dan medium padat, dulu orang menggunakan kentang yang dipotong-potong untuk medium setelah medium itu disterilisasikan kemudian dibiarkan mendingin maka kita peroleh medium padat yang dapat ditanami mikroorganisme. Penggunaan dekstrosa pada medium ini karena jamur akan tumbuh pada médium yang mengandung karbohidrat sebagai nutrisi yang mudah dicerna energi pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Irianto (2000) yang menyatakan bahwa mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik didalam medium, maka medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroorganisme. 

4.3. Metode Hitungan Cawan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai metode hitungan cawan pada sampel sosis ayam diperoleh data sebagai berikut : 
Tabel 1. Metode Hitungan Cawan Sampel Sosis Ayam 
Medium 
Pengenceran 
SPC 
(CFU/ml) 
10-3 
10-4 
10-5 
NA 
152 
148 
1,5 x 106 
APDA 
364 
296 
3,0 X 107 
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2012. 
Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa SPC Sosis Ayam dengan medium NA sebesar 1,5 x 106 CFU/ml, sedangkan pada medium APDA sebesar 3,0 x 107 CFU/ml. Pengenceran pada sampel Sosis Ayam dilakukan sebanyak 4 kali. Namun dalam penghitungan SPC sampel sosis ayam mengambil 3 pengenceran terakhir. Semakin banyak dilakukan pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni yang terhitung. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwoko (2007) bahwa syarat penghitungan koloni yaitu cawan yang dihitung adalah cawan yang mengandung jumlah koloni 30 – 300, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu dapat dihitung satu koloni dan suatu deretan koloni sebagai suatu garis tebal dapat dihitung sebagai satu koloni. Dijelaskan lebih lanjut oleh Irianto (2000) bahwa metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena hanya sel yang hidup yang dapat dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan untuk isolasi serta identifikasi mikroba. 

4.4. Pewarnaan Gram 



4.4.1. Bakteri Staphylococcus aureus 

Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadap kultur cair Staphylococcus aureus dengan perbesaran 100x, diperoleh hasil sebagai berikut : 
Ilustrasi 1. Staphylococcus aureus 
Hasil Praktikum 
Pembanding 
Keternagan : 
Bakteri : Staphylococcus aureus 
Bentuk : Bulat 
Koloni : Menggumpal 
Warna : Ungu 
Gram : Positif 
Keternagan : 
Bakteri : Staphylococcus aureus 
Bentuk : Bulat 
Koloni : Memisah 
Warna : Ungu 
Gram : Positif 
Sumber : Data Primer Praktikum Mikro Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki 
Biologi, 2012. /Staphylococcus_aureus 
Berdasarkan hasil praktikum pewarnaan gram pada Staphylococcus aureus didapatkan warna ungu, berbentuk bulat, koloni menggumpal dan merupakan bakteri gram positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (2005), yang menyatakan bahwa bakteri berdasarkan morfologinya bentuk bakteri dapat dibagi atas tiga golongan yaitu basil, kokus dan spiril. Disempurnakan oleh pendapat Pelczar (2006) yang menyatakan sel Staphylococcus sp berbentuk coccus atau bulat dengan ukuran 0,3 – 2,2 μm x 1,27 – 7,0 μm, bakteri ini termasuk bakteri yang mempunyai gram positif. 
4.4.2. Bakteri Escherichia coli 
Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadap kultur cair Escherichia Coli dengan perbesaran 100x, diperoleh sebagai berikut : 
Gambar 2. Bakteri Escherichia Coli 
Hasil Praktikum 
Pembanding 
Keternagan : 
Bakteri : Escherichia Coli 
Bentuk : Batang 
Koloni : Menggerombol 
Warna : Merah muda 
Gram : Negatif 
Keternagan : 
Bakteri : Escherichia Coli 
Bentuk : Batang 
Koloni : Menggerombol 
Warna : Merah muda 
Gram : Negatif 
Sumber : Data Primer Praktikum Mikro Sumber : www.google.com/ 
Biologi, 2012. Escherichia coli 
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x, diketahui bahwa Escherichia coli didapatkan warna merah muda, berbentuk batang dan merupakan bakteri gram negatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiloka (2000), yang menyatakan bahwa bakteri E. Coli memiliki bentuk batang, dan berwarna merah. Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif, dan berwarna merah karena bakteri ini mempunyai peptidoglikan tipis pada dinding selnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiloka (2000), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan stuktur dinding sel pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan tipis sehingga tidak dapat mengikat cat warna utama dengan kuat. 
BAB V 

KESIMPULAN 
5.1. Kesimpulan 
Berdasarkan praktikum mikrobiologi dapat disimpulkan bahwa sterilisasi kering digunakan untuk mensterilkan alat sedangkan sterilisasi basah untuk mensterilkan medium. Medium biakan terdiri dari cair dan padat. Medium yang baik memilki nutrien yang cukup bagi mikroba, tidak ada zat penghambat dan harus steril. Pewarnaan gram dapat membedakan bakteri yang bersifat gram positif dan gram negatif. Pewarnaan gram yang dapat disimpulkan yaitu adanya bakteri yang berbentuk bulat dan warna yang nampak adalah ungu. Hal ini berarti bakteri gram positif. Sedangkan bakteri yang berwarna merah muda, termasuk bakteri gram negatif. Pertumbuhan bakteri terdiri dari tujuh fase yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan logaritma, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan statis (stasioner), fase menuju kematian dan fase kematian. 
5.2. Saran 
Saran untuk praktikum Mikrobiologi Umum adalah agar praktikan lebih hati-hati dan teliti ketika melakukan sterilisasi alat dan bahan serta dalam memindahkan bakteri ke dalam medium biakan agar tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme lain yang tidak dikehendaki. 
DAFTAR PUSTAKA 
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. 
Dwijdoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. 
Dwiloka, B. 2000. Pangan dan Gizi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 
Semarang. 
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme I. Yrama Widya, 
Bandung 
Pelczsar, M dan Chan, ECS. 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi 2. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 
Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara, Jakarta. 
Schlegel, H. G. 2000. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. Diterjemahkan oleh Tedjo Baskoro. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar